Kecerdasan metakognitif
Pengetahuan faktual bekaitan dengan pernyataan yang benar karena sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya. Misalnya, “anak itu sedang berjalan”, pernyataan itu faktual
jika kenyataannya memang anak itu berjalan bukan sedang duduk. Seorang guru
menguji pengetahuan faktual siswa jika pernyataan yang dibuatnya sesuai dengan
kondisi yang senyatanya. Mengenali fakta tidak selalu mudah. Memperhatikan
struktur luar suatu benda boleh jadi merupakan proses yang mudah, namun
mengenali fakta yang abstrak memerlukan pengetahuan pendukung yang lebih
banyak. Oleh karena itu, tingkat kesulitan mengenali fakta bersifat relatif. Di
samping itu yang termasuk pengetahuan adalah definisi.
Pengetahuan konseptual berkaitan dengan klasifikasi, kategori; prinsip-prinsip,
generalisasi; teori, model dan struktur. Penguasaan pengetahuan faktual
ditandai dengan kemampuan mengklasifikasikan data, mengelompokan data
berdasarkan ciri-ciri kesamaannya, atau berdasarkan perbedaannya; menunjukkan
kekuatan atau kelemahan sebuah pernyataan, mengenali prinsip-prinsip,
menyimpulkan, menguasai teori, menunjukan contoh, dan mengenali struktur.
Penguasaan pengetahuan
prosedural meliputi pengetahuan tentang keterampilan khusus,
tahapan sistematis mengenai sistem program (meliputi; input, proses, dan
output). Prosedur berarti tahap demi tahap suatu proses untuk mencapai hasil
yang diharapkan. Penguasaan pengetahuan prosedural berarti penguasaan proses,
misalnya, siswa dapat melaksanakan penelitian melalui proses yang bertahap,
yaitu (1) merumuskan pertanyaan (2) merumuskan latar belakang pemikiran (3)
merumuskan hipotensi (4) menguji kebenaran hipotesis melalui eksperimen (5)
analisis hasil atau menyimpulkan bahwa hipotesis benar atau salah (6)
merumuskan hasil penelitian.
Penguasaan prosedur bisa juga dalam
proses berpikir yang dapat diwujudkan dalam proses berpersepsi, introspeksi,
mengingat, berkreasi, berimajinasi, mengembangkan ide, atau berargumentasi. Di
sini terdapat penguasaan untuk merumuskan atau mengikuti tahap kegiatan sesuai
dengan proses yang seharusnya.
Kemampuan tertinggi penguasaan
pengetahuan adalah metakognitif. Metakognitif menurut
Livingstone (1997) adalah “berpikir tentang berpikir”. Menurut Flavell
sebagaimana dikutip Livingstone menyatakan bahwa metakognisi terdiri atas dua
unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman atau regulasi. Metakognitif merujuk pada
proses mengusai ilmu pengetahuan dan proses berpikir. Dalam hal ini siswa dapat
menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dikuasinya untuk membangun pengetahuan
baru. Metakognitif bisa juga dimaknai memiliki pemahaman mengenai belajar
tentang cara belajar.
Metakognitif
adalah kemampuan untuk mengontrol ranah
atau aspek kognitif. Meta kognitif
mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin Bloom
dalam taksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan, pemahaman,
terapan,
analisis dan sintetis serta evaluasi.
Pada tahun 1991 taksonomi ini direvisi oleh David Krathwohl menjadi mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (creating). Istilah Metakognitif
biasa disebut dengan metakognisi (metacognition) lahir pada tahun
1979. Istilah metakognitif ditemukan oleh seorang ilmuwan pendidikan
yang bernama flavell. Maksud dari kata ini tidak hanya sebatas kognitif
atau berpikir saja tapi satu tingkat lebih tinggi dari berpikir atau
biasa disebut dengan thinking about thinking yang artinya
berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Dari sini dapat kita ketahui bahwa
metakognitif adalah sebuah kemampuan manusia untuk mengendalikan atau
pemantauan pikiran, kalau diterapkan dalam dunia pendidikan bahasa aplikasinya
metakognitif merupakan kemampuan peserta didik atau siswa dalam memonitor
(mengawasi), merencanakan serta mengevaluasi sebuah proses pembelajaran. Jika teori
metakognitif diterapkan maka seorang siswa diharapkan bisa bersikap
mandiri dalam hal materi atau ilmu yang dipelajari, bersikap
jujur terhadap kemampuan masing-masing diri baik kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki, dan berani mencoba perkara baru guna
menggali pengetahuan dan meningkatkan kemampuannya.
Kecerdasan metakognitif penting
dimiliki oleh setiap siswa atau manusia umumnya. Karena kecerdasan metakognitif
merupakan upaya sadar diri terhadap minat dan kemampuan siswa. Kecerdasan
metakognitif dibagi menjadi dua yaitu.
- Kecerdasan metakognitif Self assessment, kecerdasan ini lebih condong kepada kemampuan siswa dalam mengetahui kemampuan kognitifnya atau berpikirnya secara mandiri.
- Kecerdasan metakognitif Self management, kecerdasan ini diharapkan seorang siswa mampu mengelola dan mengatur perkembangan kognisi atau berpikirnya tanpa meminta bantuan orang lain.
Flavell sendiri membagi
metakognitif ke dalam tiga kategori, yaitu ilmu pengetahuan tentang variabel
orang, variabel pekerjaan, dan variabel strategi. Memahami tipe belajar diri
sendiri termasuk variabel orangnya. Variabel pekerjaan mencakup aktivitas
belajar dan langkah kegiatan berpikir berpikir pada kegaitan belajar. Belajar
menjadi proses beraktivitas dan berkarya. Variabel strategi menyangkut cara
yang siswa gunakan untuk mewujudkan tujuan belajar.
Meningkatkan pengetahuan
metakognitif akan terlihat pada strategi guru memfasilitasi siswa mengembangkan
daya belajarnya tidak hanya mengembangkan sikap, keterampilan dan
pengetahuannya namun siswa terampil belajar, mengembangkan kemandirian siswa
dalam menerapkan berbagai cara sehingga dapat mengembangkan pengetahuan
bermodalkan pengetahuan yang dipelajarinya.
Jadi metakognitif memiliki kesamaan
makna dengan berpikir tentang cara berpikir, belajar tentang belajar atau
belajar tentang bagaimana cara belajar. Pengujian terhadap kemampuan ini
bisa dilakukan dengan cara menantang siswa menunjukkan kompetensinya dalam
bentuk menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya untuk mengembangkan
inisiatif belajar secara mandiri sehingga dapat mengembangkan pengetahuan
barunya. Tugas mandiri untuk mengembangkan daya inisiatif sendiri,
mengembangkan ide-ide kreatif, mendisain model baru, inisiatif baru, atau
mengembangkan karya inoatif merupakan cara yang sesuai untuk menghimpun
informasi tentang kemampuan belajar dengan mendayagunakan ilmu yang
dimilikinya.
Praktik penerapan dalam kelas dapat
menggunakan Pendekatan
Saintifik dan Pengembangan Pengetahuan dalam Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar